Senin, Mei 10, 2010

magic Goyang Karawang


Sepuluh tahun lebih ku telah tinggal di Karawang. Semua kan tahu bahwa Karawang adalah kota yang terkenal dengan Goyang Karawang.
Pada awalnya saya  meyakini bahwa itu semua hanya omongan belaka. Rasa penasaran ku ingin mencari apa sebenarnya tentang mitos Goyang Karawang. Pernah ketika mengikuti suatu seminari salah seorang nara sumber menanyakan bahwa “tahukah saudara- saudara kenapa Karawang terkenal dengan Goyang Karawang ?” semua peserta hanya terdiam tak ada yang menjawabnya. Maka kemudian sang nara sumber menjawabnya sendiri :”Karawang kenapa terkenal dengan Goyang? Karena jangankan di daratnya sedang Kapal terbang ketika melintas diatas kota Karawang saja bergoyang Kanan.. Kiri…, kanan… kiri…,kanan… kiri…. (sambil memperagakan tangannya bergoyang – goyang). Sontak saja para peserta menyambut dengan geeeer… sampai – sampai peserta yang sedang tertidur dengan pulas mendadak bangun dan ikut tertawa.
Masih belum puas jawaban tentang mitos goyang Karawang, dalam obrolan ringan ada yang menyebutkan bahwa, dulu…, Kereta Api ketika melewati kota Karawang, keretanya bergoyang – goyang.(pikirku itu hanya sebuah gurauan belaka, tapi masih masuk akallah dalam hatiku bahwa tanah Karawang kebanyakan labil..)dan pada saat yang lain seorang kawan yang semenjak kecil dibesarkan di Karawang menyampaikan “kenapa kota Karawang terkenal dengan goyang? Dia sampaikan bahwa jawabannya ada pada Tukang Kedai Kopi.” Serta merta saya sanggah “mana mungkin kentenaran suatu kota hanya tukang kedai kopi.”contoh: Jakarta karena perjuangan Raden Fatahilah yang telah mengusir bangsa Portugis dengan menyebutnya “Jayakarta”, Surabaya Kota Pahlawan karena Bung Tomo.., lah.. ini tukang Kopi…!”. Kawanku pun melanjutkan penjelasannya kenapa tukang kedai kopi. “Kalau nggak percaya… mampirlah ke kedai kopi pesan kopi dan perhatikan cara dia mengaduk kopi, bukannya sendok yang diputar tapi gelasnya yang diputar!, kalau cara mengaduk kopi nggak seperti itu tanyakan pada Teteh penjualnya…”.
Aku semakin bingung. Padahal aku ini orang yang suka kuliner tapi nggak pernah perhatiin semua itu. Tapi sesekali ku mencoba perhatikan apa yang kawanku jelaskan. Kebetulan sekali ku mampir di kedai kopi dan penjualnya seorang perempuan paruh baya (pantaslah kalau disebut Teteh). Setelah saya minta 1 cangkir kopi manis, ku duduk dengan tenang dan sambil memperhatikan cara mengaduk kopi manis. Eeee… ternyata, biasa saja tuh caranya.. mana mungkin ini sebuah jawaban.. dalam hatiku. Kemudian Teteh tersebut menyodorkan kopi yang telah diaduk, saking penasarannya… ku beranikan diri untuk menanyakan pada penjual tersebut dengan pelan,” Teh…, kata kawanku, bila mengaduk kopi manis disini gelasnya yang berputar bukan sendoknya?”. Jawabnya,”Iiii…h akang ini…. (agak genit) Tanya aja sama istri akang….,”.
Aku jadinya manggut – manggut dan tersenyum…., o… itu maksudnya. Ntar kalau ketemu kawanku lagi kan ku katakan “Awas.. Ya Kamu dah ngerjain aku…”. Namun pada saat ketemu kawanku baru ku mau katakan, dia telah senyum-senyum maka akupun ikut senyum dan akhirnya tertawa bersama.  (astaghfirllah, tapi bener lho... ha ha ha ...)